Haryarti, Enik Puji (2018) Peran Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penularan TB Paru (Studi di UPT Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto). Undergraduate thesis, STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Text
jurnal ENIK PUJI H tnp abstrak.docx - Published Version Restricted to Registered users only Download (30kB) | Request a copy |
|
Text
SKRIPSI ENIK PUJI H.docx - Published Version Restricted to Registered users only Download (118kB) | Request a copy |
|
Other (Generate index codes conversion from text to indexcodes)
indexcodes.txt Restricted to Registered users only Download (5kB) | Request a copy |
|
Other (Generate index codes conversion from text to indexcodes)
indexcodes.txt Restricted to Registered users only Download (12kB) | Request a copy |
Abstract
Peran kepala keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat. TB paru merupakan masalah kesehatan masyarakat karena kasus TB paru dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Peningkatan tersebut terjadi di negara yang sedang berkembang maupun negara industri. Karena masalah infeksi HIV dan masalah resistensi obat penanggulangan penyakit TB paru, angka kesembuhan di negara-negara berkembang masih belum memuaskan karena hanya mencapai 30% (Suyono, 2005). Fenomena di masyarakat menunjukan bahwa peran kepala keluarga pada klien dengan TB paru di wilayah UPT Puskesmas Dlanggu kurang mengerti tentang pentingnya pencegahan TB paru tidak terlaksana. Padahal pencegahan TB paru ini sangat penting untuk anggota keluarga yang tidak terkena TB dan anggota keluarga yang sehat. Anggota keluarga yang tinggal satu rumah dan penderita TB paru beresiko tinggi untuk tertular TB paru, karena keluarga dan penderita sering kontak langsung. Penyakit TB paru mudah menular melalui komunikasi, udara atau pernafasan klien, dan waktu klien bersin dan batuk yang tidak ditutup mulutnya. Agar keluarga tidak tertular TB paru maka klien agar disarankan untuk memakai alat pelindung atau masker, memberikan sanitasi pada setiap ruangan yang cukup agar sinar matahari bisa masuk, menjemur tempat tidur klien setiap hari, menganjurkan klien untuk meludah di tempat yang sudah diberi karbol atau lisol, memberikan imunisasi BCG dan berobat ke rumah sakit atau puskesmas yang diberikan selama 6-8 bulan (Kasudin, 2007). TB paru merupakan penyebab kematian ketiga di dunia. Setiap hari sebanyak 50 ribu orang di dunia meninggal karena penyakit Tuberkolusis (TB paru). Sepertiga penduduk dunia saat ini telah terinfeksi kuman penyakit ini. 80 juta orang menjadi sakit setiap tahunnya akibat TB paru dan angka itu terus meningkat. Indonesia berada pada urutan ketiga penyumbang kasus TB paru di dunia, dengan angka sekitar 528 ribu kasus pertahun, setelah Cina dan India. Kasus TB paru di Indonesia mencapai angka 140 ribu kasus pertahun (Deni Yudiawan, 2007). Depkes pada tahun 2016, menyatakan Indonesia timur adalah kawasan paling banyak penderita TB paru, karena berhubungan dengan kemiskinan, gizi buruk serta sanitasi lingkungan yang buruk. Pada tahun 2017, cakupan penemuan penderita ditarget 70% dari perkiraan semua penderita baru TB paru positif. Dari angka tersebut berhasil 68,2% atau 28.102 penderita. Pada tahun 2006 WHO menetapkan precalensi kasus TB paru 107 per 100 ribu penduduk, jadi jumlah penderita TB paru pada tahun 2017 sekitar 41.198 penderita (Nur Lianti & Yudiawan, 2007). Berdasarkan Studi Pendahuluan di Puskesmas Dlanggu pada tanggal 9 Oktober 2017 terdapat 10 keluarga yang keluarganya menderita TB paru. Hasil wawancara dengan 10 keluarga di wilayah Puskesmas Dlanggu diketahui bahwa, 6 keluarga tidak mengerti tentang pencegahan penyakit TB dan 4 keluarga mengerti tentang penularan penyakit TB paru. Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah). Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru (Aziza Gicksan, 2008). Seperti memperbaiki sanitasi dalam ruangan, menutup mulut saat batuk atau bersin, menjemur tempat tidur klien 3 kali dalam seminggu, dan sebagai motivator klien supaya mau berobat ke rumah sakit atau puskesmas setempat. Untuk memeriksakan sputum atau dahak dan berobat 6-8 bulan dan setiap 3 bulan periksa kembali. Apabila pencegahan penyakit TB tidak segera dilakukan dapat menyebabkan kematian (Lenny, 2007). Keberhasilan keluarga dalam mencegah TB paru dipengaruhi oleh peran kepala keluarga dalam pencegahan TB paru. Kurangnya peran kepala keluarga dalam proses pencegahan TB paru terutama dalam memberikan dorongan akan menjadikan penderita TB paru tidak cepat sembuh. Solusi untuk mengatasi permasalahan peran keluarga dalam proses pencegahan penularan TB paru agar bisa cepat sembuh dengan melalui diskusi dengan keluarga, memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit TB paru, tanda dan gejala serta penularannya. Mengajarkan kepada keluarga melalui penyuluhan tentang tata cara mengurangi penularan penykait TB paru dan menjelaskan bahwasanya penyakit TB bisa disembuhkan. Kata Kunci : Penyakit TB, peran keluarga
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Penyakit TB, peran keluarga |
Subjects: | R Medicine > RT Nursing |
Divisions: | Program Studi > S1 Ilmu Keperawatan |
Depositing User: | User1 |
Date Deposited: | 22 Jul 2020 10:51 |
Last Modified: | 07 Jan 2021 11:59 |
URI: | http://repository.itskesicme.ac.id/id/eprint/3381 |
Actions (login required)
View Item |