Perpustakaan STikes ICme Jombang, STikes ICme Jombang (2019) KESENIAN BESUTAN. [Image]
Image
BESUTAN.jpg - Published Version Download (5kB) |
|
Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg Download (20kB) |
|
Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_preview)
preview.jpg Download (10kB) |
|
Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_medium)
medium.jpg Download (5kB) |
|
Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_small)
small.jpg Download (1kB) |
Abstract
Jombang. Besutan berasal dari kata besut, merupakan salah satu tokoh dalam pertunjukan Besutan. Sebelumnya disebut Lerok dan kemudian Ludruk. Besut juga berasal dari bahasa jawa yaitu mbesut yang berarti membersihkan yang kotor atau menghaluskan atau mengulas. Adapun yang dibersihkan, dihaluskan, dan diulas adalah isi pertunjukan. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana, ditingkatkan agar lebih baik, sehingga maknanya yang tersirat dapat diulas oleh pe-nonton. Besut juga merupakan akronim dari mbeto maksud (membawa maksud). Maksud yang dibawa adalah isi pertunjukan, yaitu yang terkandung dalam kidungan, busana, dialog, maupun cerita. Tokoh Besutan di jombang tidak mengenal adanya Ludruk Bandan, Ludruk Besep, Ludruk Besutan (Suripan Sadi Hutomo, 1999: 12; dalam Kasemin). Mereka lebih mengenal istilah Lerok, Besutan, Ludruk. Walaupun secara rinci periode Ludruk di atas bentuk pengembangan-ya sama, yaitu mulai Lerok sampai Besutan hingga menjadi Ludruk. Masyarakat Jawa Timur pada umumnya adalah masyarakat agraris, hampir seluruh wilayah pelosok Jawa Timur penduduknya berpenghasilan dengan bercocok tanam atau bertani. Daerah Jombang rata-rata masyarakat yang ada di pelosok desa berpenghasilan dari bertani, hasil dari bertani terkadang kurang untuk mencukupi hidup sehari-hari. Dari latar belakang inilah, sekitar tahun 1907 seorang penduduk yang setiap harinya bekerja sebagai petani dari desa Ceweng, kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang yang bernama Pak Santik yang mempunyai wajah lucu (penuh hu-mor), berinisiatif untuk menambah penghasilan dengan mengamen. Ngamen yang dilakukanya diiringi musik lisan atau musik mulut, setelah ia berkenalan dengan Pak Amir, asal Desa Plandi, mereka berdua memulai ngamen dengan menggunakan alat musik kendang. Perkembangan selanjutnya ialah dengan diajaknya Pak Pono sebagai kelompok ngamenya untuk menarik masyarakat penonton. Pak Pono mengenakan busana wanita dengan sebutan wedokan (hadirnya travesti pada awal abad ke-20).
Item Type: | Image |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare |
Divisions: | Images |
Depositing User: | Repository STIKES ICME Jombang |
Date Deposited: | 03 Dec 2019 23:01 |
Last Modified: | 03 Dec 2019 23:01 |
URI: | http://repository.itskesicme.ac.id/id/eprint/2913 |
Actions (login required)
View Item |