KLENTENG HONG SAN KIONG

Perpustakaan STikes ICme Jombang, STikes ICme Jombang (2019) KLENTENG HONG SAN KIONG. [Image]

[thumbnail of KLENTENG.jpg] Image
KLENTENG.jpg - Published Version

Download (11kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_lightbox] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (35kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_preview] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (18kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_medium] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (6kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_small] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_small)
small.jpg

Download (1kB)

Abstract

Keberadaan klenteng ini tidak bisa lepas dari kehidupan etnis Tionghoa yang berada di Gudo. Kedatangan orang-orang Tionghoa ke daerah Gudo telah berjalan ratusan tahun yang silam, mengingat lokasi Gudo di Jombang itu dekat dengan pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mo-jokerto. Bahkan, menurut keterangan yang beredar di masyarakat sekitarm penamaan Desa Gudo sendiri tidak terlepas dari keterlibatan etnis Tionghoa di daerah tersebut. Gudo berasal dari kata “Pagoda”, yaitu bangunan yang berbentuk menara yang atapnya terdapat pada tiap tingkat. Biasanya dibangun sebagai kuil atau tugu peringatan. Bangunan itu konon ditemukan di mana Klenteng Hong San Kiong berdiri sekarang. Klenteng Hong San Kiong sendiri diperkirakan dibangun pada tahun 1700. Keberadaan Klen-teng Hong San Kiong bermula dari sebuah keluarga bermarga Tan yang melakukan pemujaan terhadap Kong Co Kong Tik Cun Ong. Sosok keluarga Tan memang memiliki peran cukup penting pada awal berdirinya Klenteng Hong San Kiong. Di klenteng yang memiliki luas bangunan 3.500 m² di atas lahan seluas 16.200 m²ini, kelengka-pan proses seni wayang potehi masih terjaga di Gudo. Proses produksi, pemain, dan pementasan seni wayang masih tetap terjaga hingga sekarang. Seni wayang potehi ini tidak bisa dilepaskan dari salah seorang imigran dari Tiongkok ratusan tahun silam yang bernama Tok Su Kwi. Ia me-rantau dari Tiongkok ke Laut Selatan hingga sampai di Pulau Jawa dengan membawa serta kese-nian boneka dari wilayah Hokkian (Tiongkok Selatan) yang di daerah asalnya dikenal se-bagai Pouw Tee Hie. Sesampainya di Pulau Jawa, Tok Su Kwi memilih menetap di Gudo, Jom-bang.

Item Type: Image
Subjects: H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions: Images
Depositing User: Repository STIKES ICME Jombang
Date Deposited: 03 Dec 2019 22:54
Last Modified: 03 Dec 2019 22:54
URI: http://repository.itskesicme.ac.id/id/eprint/2912

Actions (login required)

View Item View Item