KH. HASYIM ASY’ARI

Perpustakaan STikes ICme Jombang, STikes ICme Jombang (2019) KH. HASYIM ASY’ARI. [Image]

[thumbnail of image] Image (image)
KH. HAsyim Asyari.jpg

Download (256kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_lightbox] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (48kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_preview] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (22kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_medium] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (8kB)
[thumbnail of Thumbnails conversion from image to thumbnail_small] Other (Thumbnails conversion from image to thumbnail_small)
small.jpg

Download (2kB)

Abstract

Dengan tumbuhnya pengakuan masyarakat, para santri yang datang berguru kepada Kiai Hasyim bertambah banyak dan datang dari berbagai daerah baik di Jawa maupun Madura. Bermula dari 28 orang santri pada tahun 1899, kemudian menjadi 200 orang pada tahun 1910, dan 10 tahun berikutnya melonjak menjadi 2000-an orang, sebagian di antaranya berasal dari Malaysia dan Singapura. Pembangunan dan perluasan pondok pun ditingkatkan, termasuk pening-katan kegiatan pendidikan untuk menguasai kitab kuning. Kyai Hasyim mendidik santri dengan sabar, sehingga jumlah santrinya terus bertambah. Beliau juga ikut aktif membantu pendirian pesantren-pesantren yang didirikan oleh murid-murid-nya, seperti Pesantren Lasem (Rembang, Jawa Tengah), Darul Ulum (Peterongan, Jombang), Mambaul Ma’arif (Denanyar, Jombang), Lirboyo (Kediri), Salafiyah-Syafi’iyah (Asembagus, Situbondo), Nurul Jadid (Paiton Probolinggo), dan sebagainya. Karena kemasyhurannya, para kiai di tanah Jawa mempersembahkan gelar ”Hadratusy Syeikh” yang artinya ”Tuan Guru Besar” kepada Kiai Hasyim. Beliau semakin dianggap keramat, manakala Kiai Kholil Bangkalan yang dikeramatkan oleh para kiai di seluruh ta-nah Jawa-Madura, sebelum wafatnya tahun 1926, telah memberi sinyal bahwa Kiai Hasyim adalah pewaris kekeramatannya. Diantara sinyal itu ialah ketika Kiai Kholil secara diam-diam hadir di Tebuireng untuk men-dengarkan pengajian kitab hadis Bukhari-Muslim yang disampaikan Kiai Hasyim. Kehadiran Kiai Kholil dalam pengajian ter-sebut dinilai sebagai petun-juk bahwa setelah mening-galnya Kiai Kholil, para Kiai di Jawa-Madura diisyaratkan untuk berguru kepada Kiai Hasyim. Keberadaan Pesantren Tebuireng akhirnya berim-plikasi pada perubahan sikap dan kebiasaan hidup masya-rakat sekitar. Bahkan dalam perkembangannya, Pesantren Tebuireng tidak saja dianggap sebagai pusat pendidikan keagamaan, melainkan juga sebagai pusat kegiatan politik menentang penjajah. Dari pesantren Tebuireng lahir partai-partai besar Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulam (NU), Masyumi (Majelis Syuro A’la Indonesia), Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), serta laskar-laskar perjuangan seperti Sabilillah, Hizbullah, dan sebagainya.

Item Type: Image
Subjects: H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
H Social Sciences > HX Socialism. Communism. Anarchism
Divisions: Images
Depositing User: Repository STIKES ICME Jombang
Date Deposited: 10 Aug 2019 10:48
Last Modified: 03 Dec 2019 21:42
URI: http://repository.itskesicme.ac.id/id/eprint/1917

Actions (login required)

View Item View Item